Kamis, 04 November 2010

NGIBULIN POLISI

Ini kisah orang Wonosari Gunung Kidul ngerjain polisi Jogja.
Temanku Aries pada suatu hari berencana pulang ke rumahnya di Wonosari Gunung Kidul Jogja. Kebetulan kami satu kos-kosan sama-sama membawa motor sebagai alat transportasi kami. Waktu itu dia minta gantian motor sama aku, katanya pengin merasakan laju motorku untuk dibawa melewati medan Gunung Kidul yang menanjak. Kami saling bertukar motor di sore harinya.
Pas dia pulang keesokan harinya dia bercertita kalo habis ngerjain polisi yang bertugas di jalan raya arah Jogja-Wonosari. Bagaimana bisa polisi dikerjai tanyaku?
Ceritanya, dia nanya ke polisi yang kebetulan bertugas di perempatan tersebut dan minta ditunjukkan arah menuju wonosari. Dan polisi yang bertugaspun karena niat tulus melayani masyarakat dengan senang hati menunjukkan arah yang dimaksud. Padahal temenku itu mang biasa melewati arah tersebut.
Dia sampai berani-beraninya melakukan hal tersebut, karena emang yang dipake motorku yang bertanda nomor polisi luar Jogja, tepatnya plat G-Brebes.
Pantes aja, kena deh polisi dikibulin!

Senin, 06 September 2010

KALA SENJA RAMADHAN

Sosoknya masih menampakkan kalau dia adalah seorang pekerja keras. Tidak mau menunda waktu, juga tidak senang berpangku tangan. Meski tampak jelas kalau kondiri fisiknya sudah sangat payah. Jalan dengan satu kaki yang sudah tak punya rasa lagi, bertumpu pada satu kaki lainnya ditambah dengan sebatang tongkat kayu yang itu bukan tongkat setianya. Karena dia akan menggunakan apa saja untuk dijadikannya tongkat. Bisa sebatang kayu yang dipakai sebagai pagar atau sebilah bambu berukuran sedang yang dia temukan di jalan.
Di usianya yang sudah lebih dari 60 tahun semestinya dia bisa menikmati har-harinya dengan lebih santai. Seperti kaum lanjut usia lainnya, dimana hari-harinya banyak dihabiskan dengan kegiatan santai bersama keluarga, anak cucu atau menyalurkan minatnya. Tapi semua itu dianggapnya hal yang tidak lazim. Karena kelaziman yang ada padanya adalah pergi ke sawah atau kebun dan sesekali menengok pabrik batu bata yang dijadikannya 'kantor resmi'. Sejenak ku pandangi sosok dan langkah pak tua ini. Sejenak itu pula aku menangis, tak sadar air mata ini menetes di pipiku, juga air mata batinku. Aku bertanya dan menyesal, mengapa aku membiarkan dia harus masih bersusah payah pergi ke kebun untuk kegiatan yang mestinya bisa aku lakukan. Yakni memberi pupuk untuk tanaman cabai dan terong.
Ayah, maafkan anakmu yang tidak dapat berbakti sebagaimana mestinya dan tega meninggalkan dirimu seperti itu. Maafkan aku ayah, yang sampai sekarang belum juga bisa membuatmu bahagia dan memberikan kebanggan bagimu dan juga bagi keluarga kita. Doakan aku ayah, untuk bisa menapaki hari-hari yang lebih baik dan berbakti sebelum senja berganti menjadi malam. Senja di akhir ramadhan yang penuh khusyuk dan keberkahan ini. Amien

Senin, 14 Juni 2010

Polisi

Entah lagi apes ato emang aku yang kurang konsentrasi, sampai aku harus merasakan dua kesialan. Sial atau musibah tepatnya, ketika aku harus mendapati kenyataan musti berurusan dengan yang namanya polisi. Yaitu saat aku harus ditilang karena melanggar peraturan lalu lintas.
Aku alergi sebenarnya berurusan dengan mereka, dalam hal terkecil sekalipun entah itu yang benar apalagi yang salah. Males sebenarnya ketika harus membuat SKCK seandainya tidak diwajibkan untuk memenuhi persyaratan, dan lebih menyebalkan lagi ketika harus ditilang gara-gara melanggar peraturan lalu lintas.
Sebagai seorang warga negara yang baik tentunya aku harus patuh dan taat pada hukum yang berlaku. Pun demikian aku juga mesti menjadi muslim yang baik, ketika aku berkewajiban untuk memenuhi undangan dari seseorang. Terlebih orang tersebut dekat dengan kita atau menjadi orang dekat dengan pasangan hidup kita. Tapi yang namanya kesialan meskipun berusaha untuk kita hindari, tetap saja kalau emang harus terjadi tak kuasa untuk mengelak.
Seperti juga ketika aku menghadiri undangan pernikahan teman istriku yang letaknya jauh dari tempat tinggal kami. Sialan, kenapa kami dua kali menghadiri pernikahan mereka, dua kali itu pula kami kena tilang polisi. Kebetulan yang melangsungkan pernikahan tersebut adalah anggota polisi, yaitu satu dari kepolisian resort Ciamis, satunya lagi dari Kota Tasikmalaya.
Ah emang lagi apes kali ya. Tapi aku akan berusaha untuk lebih hati-hati lagi untuk tidak melanggar peraturan lalu lintas, atau aku akan lebih selektif untuk tidak menghadiri undangan pernikahan yang melangsungkan anggota polisi

Kamis, 20 Mei 2010

Menghitung Hari

Pernah kamu, mencoba menghitung hari yang telah dilalui? Sering kita tanpa terasa telah berada di ujung waktu yang tanpa makna. Menyesalkah?
Ah, mungkin itulah sifat waktu yang tidak pernah dapat berhenti dan kita hentikan. Ia akan jalan terus dan terus, samapi kita sadar kita telah melintasi rentang waktu tertentu.
Ada kebahagiaan setelah kita dapati sejumlah raihan yang membanggakan, namun tak sedikit rasa penyesalan dan kecewa manakala sejumlah kegagalan menghiasi catatan buruk hidup ini.
Waktu yang telah dilewati, bisa jadi memberikan pelajaran berharga untuk mencoba menatap waktu yang akan datang. Namun tak sedikit juga yang merenung lebih lama tentang waktu yang berisikan kegagalan yang kemudian menimbulkan rasa kecewa yang mendalam.
Itulah hidup, akan tetap hidup tatkala waktu yang kita lalui bisa tetap memberikan arti. Mampukah itu kita lakukan? Ayo terus bangkit, untuk waktu yang lebih berharga

Senin, 15 Maret 2010

Lelah

Cukup sudah ku katakan, kalau aku lelah mengikuti kemauanmu. Lelah sudah aku menjalani hari-hari yang seakan tak berarti. Aku kini merasa lelah, dan ingin istirahat sejenak. Biarkan aku dengan kesendirianku, dan mencoba untuk mencari makna apa sesungguhnya yang ingin aku raih.
Waktu terus bergulir, tanpa terasa aku telah berada di lain waktu yang membuatku merasa sedikit kecewa. Mengapa kecewa? Kecewa karena telah melewati waktu, dan saat sadar tidak ada yang bisa dibanggakan dari waktu yang dilewati. Ah, kenapa aku harus mengeluh.
Lelah terus mengeluh, yang aku butuhkan sekarang adalah mengisi waktu lebih baik lagi.

Rabu, 24 Februari 2010

Jangan pernah bersedih
Luka itu masih terasa, meski berat aku tetap mencoba untuk tegar.
Semoga Tuhan menguatkanku dengan kesabaran, karena dengan-Nya lah aku merasa tetap hidup.
Bimbinglah aku selalu ya penguasa hidup dan mati umat di alam ini.

Senin, 25 Januari 2010

Bonek dan Heroik

BONEK DAN PERJUANGAN HEROIK
Bonek alias bondo nekat, suporter garis keras Persebaya Surabaya kembali bikin ulah. Selain melakukan kerusuhan di beberapa tempat yang dilalui, baik pada saat berangkat ataupun saat pulang, mereka juga mendapat perlawanan sengit dari masyarakat yang dilalui mereka.
Masyarakat sudah muak melihat tingkah para bonek. Alih-alih membawa manfaat, malah kerusakan yang senantiasa mereka lakukan. Sampai kapan semua ini berlangsung?
Padahal sudah jelas larangan dari penyelenggara Liga Indonesia, agar mereka tidak mendampingi tim Persebaya melakukan pertandingan tandang. Tapi dasar Bonek, yang ada malah kenekatan semata
Mengurai masalah Bonek bak mengurai benang kusut. Sudah banyak analisis dari para pakar untuk mengatasi masalah ini, tapi tetap saja bonek identik dengan kerusuhan. Kerusuhan yang melahirkan permusuhan. Akankah Bonek menghancurkan bangsa ini, jika benih-benih permusuhan itu telah timbul di tengah masyarakat?
Sejarah mencatat, bagaimana para arek Surabaya dengan penuh semangat dan peralatan yang seadanya, identik dengan modal nekat, melakuka perlawanan sengit terhadap agresi sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia. Perjuangan mereka akan terus tercatat dalam sejarah bangsa ini.
Sementara, kini arek-arek Surabaya yang lain generasi, telah dan tengah membuat sejarah-kelam, terus menabur benih-benih permusuhan dengan sesama anak bangsa lewat tindakan tak terpuji, anarkis. Dua generasi berbeda yang lain pula tujuan yang ingin mereka capai, lain pula cara yang mereka tempuh. Ah dasar Bonek!